Thursday, February 18, 2010

Husnudzon Kepada Allah
Pendahuluan
Husnudzon arti harfiahnya adalah berbaik sangka. Husnudzon kepada Allah berarti berbaik sangka kepada Allah dalam hal apapun. Hal ini adalah salah satu cara agar kita dapat selalu mensyukuri apa yang telah Allah berikan kepada kita. Kebahagiaan, kesedihan, berkah, musibah dan apapun yang telah ditetapkan oleh Allah atas diri kita pasti mengandung hikmah yang dapat kita petik.
Contoh
Seseorang pernah mengatakan pada “kenapa masalah rasanya tidak pernah habis?” Memang kalau dilihat dari “kacamata” manusia, teman tersebut selalu ditimpa musibah bertubi-tubi dalam waktu-waktu yang berdekatan. Kami yang melihatnya juga menjadi miris. Namun teman yang lain menenangkan dengan berkata “Kamu harus bersyukur karena Allah masih mau memperhatikan kamu, memberimu cobaan. Kalau kamu bisa menjalaninya dengan ikhlas dan sabar, insya Allah kamu akan mendapatkan pahala atasnya, bahkan akan diangkat derajatmu dari sebelumnya. Tapi kalau kamu hanya bisa pasrah dan tenggelam dalam kesedihan, tidak ada manfaat sedikitpun yang kamu dapatkan, kamu hanya akan semakin terpuruk dalam masalahmu, dan tidak akan ada jalan keluarnya. Masalah pasti akan selalu ada dalam kehidupan seseorang. Orang yang selalu berpikir bahwa dirinya tidak mempunyai masalah, justru itulah masalah terbesarnya-merasa tidak memiliki masalah.”
Itulah bedanya kalau kita menilai segala sesuatu dari “kacamata” manusia. Seolah masalah selalu datang silih berganti tanpa memberi kesempatan kepada kita untuk menghirup nafas lega sedikit saja. Tapi jika kita mencoba melihatnya dari “kacamata” Allah, mencoba mengambil ibroh dari peristiwa-periatiwa itu, Insya Allah hidup kita akan senantiasa tenang, diliputi rasa syukur, menganggap suatu cobaan sebagai satu batu loncatan untuk mencapai derajat yang lebih tinggi jika kita berhasil melewatinya.
Ketika aku tidak lulus ujian, mungkin karena aku memang kurang belajar, sehingga Allah memberi kesempatan belajar dan menyerap ilmu-Nya lebih banyak.
Ketika tugas-tugasku menumpuk, mungkin Allah sedang mengingatkanku untuk lebih menghargai waktu dan menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya.
Dan ketika semua itu dijalani dengan hati yang ikhlas dan penuh kesabaran, hanya mengharap ridho Allah semata, hidup menjadi lebih tenang, tidak ada beban pikiran. Dan sebagai imbalannya, kadang Allah memberikan rizki padaku dari arah yang tidak kusangka-sangka. Subhanallah..indahnya berhusnudzon kepada Allah…

Jika saja anda tidak mampu berbaik sangka (husnudzon) kepada Allah melalui kemahaindahan sifat-sifatNya, maka berbaiksangkalah kepada Allah karena adanya anugerah mu’amalah Allah yang menyertai anda. Bukankah Allah telah mengembalikan diri anda, melainkan pada kebajikan? Dan bukankah Allah telah melimpahkan kepada anda, melalui pintu anugerahNya?

Husnudzon atau berbaik sangka kepada Allah, merupakan salah satu dasar utama kita membangun hubungan dengan Allah Ta’ala. Banyak hamba-hamba Allah yang menggugat Allah atas taqdir yang diterima dengan rasa pahit, lalu ia menggedor-gedor langitNya, agar dibuka pintu anugerah yang sesuai dengan selera si hamba ini.

Tetapi Ibnu Athaillah as-Sakandaru begitu jeli memandang soal Husnudzon kepada Allah ini, karena banyak orang yang mengalami kesulitan-kesulitan psikhologis ketika harus berbaik sangka kepada Allah terutama jika si hamba Allah ini tertimba takdir yang dirasakan tidak sesuai dengan keinginannya.

Kita harus belajar Husnudzon kepada Allah melalui sifat kemaaindahannya atas semua yang telah dilimpahkan kepada kita. Ketika seseorang terhalang untuk meraih apa yang diinginkannya, lalu terganjal di sana, ia protes kepada Allah. Protes ini muncul semata karena si hamba tidak bisa melihat hikmah dan keindahan Sifat Allah yang menyertai kegagalan itu. Padahal kegagalan itu adalah pemberian yang luar biasa, jika kita bisa memahaminya.

Namun untuk memahaminya juga tidak mudah. Oleh sebab itu, si hamba diarahkan, jika gagal memahami kemahaindahan sifat Allah, minimal ia harus memahami melalui husnudzonnya kepada Allah atas anugerah yang selama ini dilimpahkan kepada hamba melalui amaliyah ibadahnya. Bahwa seorang hamba bisa beribadah, bisa berbuat baik, itu semua tidak lepas dari anugerah Allah. Tanpa anugerahNya, kita tidak bisa bekerjasama dengan Allah Ta’ala.

Bahkan Ibnu Athaillah menegaskan, bahwa semua yang terjadi ini, senantiasa kembali demi kebajikan kita semua. , dan segala yang berinteraksi dengan seluruh kehidupan kita sesungguhnya adalah anugerah Ilahi semata.

Kalau kita renungkan sejenak: Kita ini ada di dunia ini karena Dia, dan karena kebaikan dan anugerahNya pula. Kita diwujudkan dari situasi dan kondisi tidak ada, lalu menjadi ada. Kemudian allah masih terus melimpahkan kita dengan kemuliaan, kenikmatan, dan kita dijadikan sebagai hamba beriman. Bahkan harus kita syukuri kita dijadikan sebagai manusia. Coba, seandainya kita ditakdirkn jadi binatang atau batu.

Kategori manusia berhusnudzon kepada Allah itu ada tiga:
Pertama, Husnudzon kepada Allah karena keagungan dan keindahan SifatNya.
Kedua, Husnudzon kepada Allah karena IhsanNya, atau kebajikanNya. Ketiga, Husnudzon kepada Allah karena dua-duanya.
Dan perilaku jiwa demikian ini, lebih sempurna dari kedua hal di atas.


Husnudzon kepada Allah

Dalam sebuah hadis Qudsi allah berfirman: Aku sesuai dengan prasangka hamabaKu terhadapKu. Oleh karena itu, marilah kita berprasangka baik (husnudzon) kepada Allah swt. Hilangkan semua prasangka buruk kita kepada Allah. Untuk menggambarkan husnudzon dan suudzon

No comments:

Post a Comment